Indonesia mendorong otonomi teknologi melalui kerja sama penambangan tanah jarang

Indonesia mendorong otonomi teknologi melalui kerja sama penambangan tanah jarang

Menurut koresponden VNA di Jakarta, Menteri Pendidikan Tinggi, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi (Mendikti, Iptek) Brian Yuliarto menekankan perlunya kerja sama nasional dalam pengembangan teknologi tanah jarang, mengingat hal ini merupakan langkah penting bagi Indonesia untuk mencapai kemandirian teknologi dan mengurangi ketergantungan pada negara asing. Mentri Pendidikan Tinggi, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi Brian Yuliarto. Foto: Antara

Menurut koresponden VNA di Jakarta, Menteri Pendidikan Tinggi, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi (Mendikti, Iptek) Brian Yuliarto menekankan perlunya kerja sama nasional dalam pengembangan teknologi tanah jarang, mengingat hal ini merupakan langkah penting bagi Indonesia untuk mencapai kemandirian teknologi dan mengurangi ketergantungan pada negara asing.

Mentri Pendidikan Tinggi, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi Brian Yuliarto. Foto: Antara

Berbicara di Jakarta pada 3 November, Bapak Yuliarto mengatakan bahwa keberhasilan ekonomi suatu negara tidak hanya bergantung pada sumber daya alam, tetapi yang lebih penting, pada kemampuan penguasaan teknologi dan penerapan hasil penelitian ilmiah. Beliau menekankan bahwa kunci pemanfaatan unsur tanah jarang secara efektif terletak pada kemampuan penguasaan teknologi dan pengembangan industri dalam negeri, sehingga diperlukan strategi yang jelas.

Sebagai Ketua Badan Industri Mineral Nasional (BIM), Yuliarto mengajak Indonesia untuk belajar dari model pengembangan teknologi mineral strategis negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, dan Tiongkok – negara-negara yang telah berkembang pesat berkat investasi jangka panjang di sektor ini. Beliau menegaskan bahwa penguasaan teknologi nasional merupakan satu-satunya cara bagi Indonesia untuk menghindari terulangnya kesalahan masa lalu, ketika sumber daya alam diekspor dengan harga murah dan kemudian diimpor kembali sebagai produk bernilai tinggi.

Menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Indonesia saat ini memiliki 15 sabuk metalogenik yang terbentuk dari proses mineralisasi magma, membentang sekitar 15.000 km. Namun, tingkat eksplorasinya baru mencapai 50%.

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Yuliot Tanjung mengatakan bahwa potensi mineral strategis dan tanah jarang Indonesia belum sepenuhnya dimanfaatkan, padahal potensi tersebut merupakan sumber penting bagi industri dan teknologi dalam negeri.

Para ahli mengatakan bahwa dengan sumber daya alam yang melimpah dan orientasi kebijakan baru, Indonesia sedang berupaya untuk bertransformasi dari pengekspor bahan mentah menjadi produsen teknologi pengolahan mineral, yang berkontribusi dalam memperkuat posisinya dalam rantai pasokan energi bersih global.

Posts Carousel

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos